WeLcome To my Paradise's She-Naga

Saya siap Berbagi informasi ^_^

Rabu, 19 Juni 2013

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM MATEMATIKA menurut HUDOJO

BAB I
 PENDAHULUAN       
    1.1 Latarbelakang Masalah
Menatap masa depan, matematika harus dipelajari siswa-siswa karena kegunaannya penting dalam kehidupan sehari-hari. Kline (dalam Karso, 1994: 3) mengungkapkan “Matematika itu bukan pengetahuan yang menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam”. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penerapan serta pembelajaran matematika harus disesuaikan dengan perkembangan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum mata pelajaran matematika pun hendaknya dirancang dan dipersiapkan dengan matang sesuai dengan kebutuhan.
Sudjana (dalam http://matematikalujeng.blogspot.com/2012/11/perubahan-kurikulum.html) menyatakan ”Kurikulum memiliki 5 komponen yakni: tujuan kurikulum, isi dan struktur kurikulum, strategi kurikulum, sarana kurikulum, sistem evaluasi kurikulum”. Komponen kurikulum yang paling sering diperbincangkan yakni perubahan isi dan struktur. Terlihat dari banyaknya materi matematika yang dapat dipelajari anak-anak, namun waktu yang tersedia di sekolah sangat terbatas Hudojo (2005: 15).
Fauzis (dalam http://rizkyrestafauzis.blogspot.com/2012/11/makalah-kuriku lum -tingkat-satuan.html) menyatakan:
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan direncanakan pada tahun 2004. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas, dan perubahan pandangan tentang hakekat matematika dapat mengakibatkan terjadinya perubahan substansi kurikulum.
Negara-negara maju secara kontinu mengembangkan kurikulum matematikanya yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Walaupun matematika bersifat universal, isi silabus matematika seyogiyanya tidak menjiplak silabus negara lain. Hudojo (2005: 25) menyatakan “Beberapa negara yang menjiplak dengan sedikit adaptasi teryata mengalami kegagalan. Misalnya silabus matematika Papua New Guinea yang mengambil alih silabus Australia, hasilnya mengecewakan bahkan gagal”
Hal ini dikarenakan pemilihan model pengembangan kurikulum matematika yang tidak sesuai kebutuhan (Hudojo, 2005: 7). Dengan demikian perlu kiranya dipikirkan bagaimana model pengembangan kurikulum matematika yang cocok dan sesuai di Indonesia.
Dari uraian diatas, maka dalam kesempatan ini penulis tertarik untuk membahas tentang “Model Pengembangan Kurikulum Matematika Sekolah”.

      1.2  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka beberapa masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:
1.      Perubahan-perubahan kurikulum di Indonesia
2.      Banyaknya materi matematika yg dipelajari tidak sebanding dengan waktu yg tersedia di sekolah.
3.      Negara yang menjiplak silabus dengan sedikit adaptasi mengalami kegagalan.
4.      Model  pengembangan kurikulum matematika yang tidak sesuai kebutuhan.

         1.3 Batasan Masalah
Agar penulisan ini lebih terarah, penulis melakukan pembatasan masalah adalah model pengembangan isi dan struktur kurikulum matematika sekolah menengah atas kelas X.

    1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :
1.      Bagaimana langkah-langkah model pengembangan isi dan struktur kurikulum matematika sekolah?
2.      Bagaimana bentuk isi dan struktur kurikulum matematika pada tingkat sekolah menengah atas kelas X?
   
    1.5 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui langkah-langkah model pengembangan isi dan struktur kurikulum matematika sekolah.
2.      Untuk mengetahui bentuk isi dan struktur kurikulum matematika pada tingkat sekolah menengah atas kelas X.

  1.6 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam makalah ini yaitu untuk menambah wawasan bagi penulis dan peserta seminar mengenai model pengembangan isi dan struktur kurikulum matematika sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kurikulum Matematika
2.1.1 Definisi Kurikulum Matematika
Hudojo (2005: 3) “Program yang disusun terinci sehingga menggambarkan kegiatan siswa di sekolah dengan bimbingan guru disebut kurikulum”. Selanjutnya menurut Hamalik (2010: 65) ”Kurikulum sebagai pengalaman belajar yang mengandung makna bahwa kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik di luar maupun di dalam sekolah asal kegiatan tersebut di bawah tanggung jawab guru (sekolah)”.
Kemudian menurut UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas (dalam http://hasanahworld.files.wordpress.com/2012/02/definisi-dan-sejarah.kurikulum.pdf) “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Dari beberapa definisi kurikulum tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah program perencanaan yang disusun berdasarkan tujuan, isi dan bahan pelajaran yang mengacu pada pengalaman-pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Hudojo (2005: 3) menyatakan “Kurikulum matematika adalah suatu kurikulum yang berhubungan dengan matematika dan cara mengorganisasikan materi matematika menggunakan jawab pertanyaan: mengapa, apa, bagaimana, dan kepada siapa matematika diajarkan disekolah”.


2.1.2 Komponen-komponen Kurikulum
Sudjana (dalam http://matematikalujeng.blogspot.com/2012/11/perubahan-kurikulum.html) menyatakan: “Kurikulum memiliki 5 komponen yakni: tujuan kurikulum, isi dan struktur kurikulum, strategi kurikulum, sarana kurikulum, sistem evaluasi kurikulum. Perubahan-perubahan kurikulum terjadi pada kelima komponen tersebut”. Adapun 5 komponen yang mengalami perubahan tersebut adalah:
1. Perubahan dalam tujuan kurikulum
            Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup masyarakat dan falsafah bangsa. Tanpa tujuan yang jelas, tidak akan membawa perubahan yang berarti, dan tidak ada petunjuk kemana pendidikan diarahkan. Contohnya visi dan misi sekolah
            2. Perubahan isi dan struktur kurikulum
            Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran. Perubahan ini dapat menyangkut aktivitas belajar anak, pengalaman yang harus diberikan kepada anak. Contohnya penggolongan pendidikan umum dan keahlian.
            3. Perubahan strategi kurikulum
            Perubahan ini menyangkut pelaksanaan kurikulum itu sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem administrasi, bimbingan dan penyuluhan. Contohnya penerapan strategi active learning, cooperative learning, dll
            4. Perubahan sarana kurikulum
Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari segi kualitas dan kuantitas, juga sarana material. Contohnya perlengkapan sekolah berupa laboratorium, perpustakaan, alat peraga.
           
5. Perubahan dalam sistem evaluasi
Perubahan ini menyangkut metode/cara yang paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum berjalan efektif dan efisien, relevan, produktivitas  terhadap program pembelajaran sebagai suatu sistem dari kurikulum.
2.2 Sejarah Perkembangan Kurikulum Matematika Sekolah
Perubahan kurikulum terjadi sejak tahun 1947. Menurut Longsani (dalam http://longsani.wordpress.com/2012/11/28/kurikulum-yang-pernah-ada-di-indonesia/) berdasarkan tahun terjadinya perubahan untuk tiap kurikulum maka muncullah nama-nama kurikulum berikut:
1.      Kurikulum 1947 (Rentjana Pelajaran 1947)
2.      Kurikulum 1952 (Rentjana Pendidikan Terurai 1952)
3.      Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964)
4.      Kurikulum 1968
5.      Kurikulum 1975
6.      Kurikulum 1984
7.      Kurikulum 1994 (GBHN 1994)
8.      Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK).
9.      Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP)
Sejak tahun 1968, di Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum matematika sekolah. Menurut Didi Suryadi (dalam http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195802011984031-DIDI_SURYADI/DIDI-18.pdf menyatakan perubahan kurikulum matematika sekolah.
Tahun
Ciri-ciri Kurikulum
Materi Matematika
1968
1. Lebih mengutamakan hafalan yang sifatnya mekanis daripada pengertian.
2. Diutamakan pengerjaan soal-soal latihan guna meningkatkan daya ingat akan rumus-rumus.
3. Teori belajarnya teori belajar Skinner
1.Pengajaran geometri, penekanan lebih diberikan pada keterampilan berhitung.
2.Materi pelajaran matematika yang lain lebih menekankan pada penggunaan rumus-rumus bukan bagaimana rumus-rumus untuk melakukan perhitungan tersebut diperoleh.
1975
1. Pengajaran lebih menekankan pada pengertian, dan berpusat pada siswa.
2. Soal-soal bersifat pemecahan masalah daripada bersifat rutin.
3. Pengajaran menggunakan teori belajar Piaget dan Brunner yang sentral pengajarannya adalah pemecahan masalah.
1. Geometri bidang dan ruang
2. Statistika dan probabilitas
3. Relasi
4. Sistem numerasi kuno
5. Penulisan lambang bilangan non-desimal
1984
Cirinya sama dengan kurikulum tahun 1984
Materi pengenalan kalkulator, mulai diberikan.
1994
1.Penggunaan kembali teori belajar Skinner yang lebih menekankan pada kemampuan berhitung pada tingkat sekolah dasar.
2. SMP dan SMU teori belajar yang digunakan dalam proses belajar-mengajar dari teori belajar Piaget dan Brunner.
SD: aritmatika (berhitung), pengantar aljabar, geometri pengukuran, pengantar statistik.
SMP: aritmatika, aljabar, peluang, geometri, dan statistika.
SMA: Pengenalan teori graf
2002
1.Pembelajaran lebih menekankan pada kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif.
2. Berpusat pada anak sebagai pengembangan pengetahuan
SD: bilangan, geometri dan pengukuran, pengenalan statistika
SMP: bilangan, aljabar, geometri, peluang dan statistika.
SMU: aljabar, geometri dan pengukuran, triginometri, peluang dan statistika, logika matematika.
2006
Pembelajaran digunakan dengan metode belajar yang bervariasi.
Materi pelajaran masih sama seperti pada kurikulum 2004.

2.3 Model Pengembangan Kurikulum Matematika Sekolah
Hudojo (2005: 3) menyatakan:
Kurikulum matematika yang disusun itu harus ditangani oleh guru-guru yang kompeten. Bagaimanapun baiknya kurikulum apabila ditangani oleh guru yang tidak kompeten, prestasi belajar siswa tidak dapat diharapkan berhasil baik. Dengan kurikulum yang baik ditangani guru yang kompeten, kurikulum tersebut akan dapat dilaksanakan di depan kelas. Pelaksanaan kurikulum di depan kelas benar-benar sangat tergantung kemampuan dan keterampilan seorang guru.
            Empat pertanyaan yang harus dijawap untuk pengembangan isi dan struktur kurikulum matematika menurut Hudojo (2005: 10-12) yakni:
            1. Mengapa topik-topik matematika tertentu harus diajarkan?
2. Topik matematika apa yang harus diajarkan?
            3. Bagaimana topik-topik matematika diajarkan?
            4. Kepada siapa topik-topik matematika diajarkan?
                       
            Menurut Hudojo (2005: 7) Model pengembangan isi dan struktur kurikulum memiliki empat komponen yakni:
                        1. Obyektif
            Obyektif didefinisikan sebagai suatu pernyataan hasil yang dikehendaki yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan sebagai apa pelajar itu bila telah menyelesaikan dengan sukses proses pengalaman belajarnya. Mager (dalam Hudojo, 2005: 15) menyatakan bahwa obyektif itu harus dinyatakan sebagai tingkah laku siswa.
Untuk merumuskan obyektif, menurut Mager (dalam Hudojo, 2005: 16) perlu diperhatikan langkah-langkah berikut:
a. Bermakna                                          
Obyektif kita itu bermakna apabila kita berhasil mengkomunikasikan obyektif itu kepada pembaca apa yang kita maksudkan. Misalkan kita rumuskan suatu obyektif untuk seseorang dan kemudian dia mengajar siswa-siswanya. Siswa-siswa itu bertindak seperti apa yang kita pikirkan; ini berarti obyektif yang kita susun itu bermakna, tidak disalah tafsirkan.
b. Mengidentifikasi tingkah laku terminal
            Yang dimaksud tingkah laku terminal adalah tingkah laku siswa yang kita kehendaki, yakni siswa itu mampu mendemonstrasikan apa yang kita ajarkan kepadanya pada akhir program.
Misalnya, mengembangkan pengertian persamaan kuadrat, ini tidak dinyatakan di dalam penampilan sebab kita tidak dapat mengobservasi apa yang sedang dikerjakan siswa ketika ia mengerti persamaan kuadrat. Sebenarnya pernyataan itu tidak jelas dan karena itu komunikasi menjadi gagal. Lebih baik bila obyektif itu dimisalkan mampu menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel, sebab obyektif ini mengatakan bahwa siswa akan menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel pada akhir program.
c. Menetapkan tingkah laku terminal
Menetapkan tingkah laku terminal lebih lanjut dengan menyatakan persyaratan seperti guru merasa puas apabila siswa dapat mendemonstrasikan penguasaan obyektif.
Misalnya, siswa harus mampu menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan metode eliminasi. Obyektif ini lebih terinci sebab guru matematika akan mengerti yang dikehendaki yaitu tidak hanya suatu jawaban yang benar saja melainkan juga suatu prosedur khusus.
d. Menyatakan Kriteria                                  
            Untuk menilai apakah tingkah laku terminal itu dapat tercapai, diperlukan suatu kriteria. Misalnya, siswa harus mampu menyelesaikan paling sedikit 5 buah soal tentang sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan metode eliminasi dalam waktu 15 menit. Jadi obyektif ini memasukkan persyaratan waktu. Dengan demikian guru dapat menentukan apakah siswanya telah mencapai obyektif.
                        2. Pemilihan Topik dan Pengalaman Belajar
·         Pemilihan Topik Belajar
Usaha untuk mencapai suatu komposisi materi matematika yang tepat dan ke dalaman yang cukup sehingga silabus matematika di sekolah dapat dipertanggung jawabkan. Dengan ke dalaman yang cukup berarti materi yang disajikan itu tidak berlebihan, tetapi cukup untuk memberikan dasar kepada siswa agar kelak mereka mampu mengembangkan dirinya baik terhadap aplikasinya maupun matematika sebagai ilmu murni.
Untuk itu kriteria pemilihan materi matematika secara umum adalah:
a. Validitas, materi yang dipilih harus mendukung tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. Dengan demikian materi yang kita pilih itu tidak menyimpang dari tujuan yang sudah kita tetapkan. Misalnya obyektif yang telah kita tetapkan yakni siswa mampu menyelesaikan masalah sehari-hari dengan sistem persamaan linear dua variabel. Materi yang dipilih untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut adalah soal cerita yang penyelesaiannya menggunakan sistem persamaan dua variabel, bukan sistem persamaan linear tiga variabel. Soal cerita sendiri juga dibatasi pada persoalan sehari-hari bukan mengenai sains murni. Sehingga materi yang dipilih tidak berlebihan.
b. Signifikan, konsep-konsep yang disusun berhubungan sedemikian hingga berurutan secara hierarki dan merupakan kesatuan yang utuh. Yang perlu diperhatikan juga untuk konsep yang  sama, harus dijamin bahwa suatu konsep yang diajarkan disuatu tingkat tidak bertentangan dengan tingkat sebelumnya atau berikutnya. Misalnya sebelum mempelajari sistem persamaan linear dua variabel, telah dipelajari terlebih dahulu persamaan linear satu variabel, persamaan linear dua variabel, kemudian sistem persamaan linear dua variabel.
c. Kesiapan kegunaan, materi yang dipilih untuk disajikan harus mudah dipelajari siswa dan dapat dilaksanakan di depan kelas. Jadi di dalam memilih materi kesiapan siswa perlu mendapat perhatian yang serius di samping itu kegunaan dari materi yang dipilih itu perlu mendapat perhatian yang serius. Misalnya konsep sistem persamaan linear dua variabel, selain dapat menghitung nilai-nilai variabelnya. Siswa mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saat berbelanja.
·         Pemilihan Pengalaman Belajar
Proses belajar akan berjalan sebagaimana mestinya bila siswa ikut berpartisipasi dengan aktif. Pemilihan jenis pengalaman belajar cenderung kepada bagaimana mengaktifkan siswa di dalam mempelajari materi matematika. Pengalaman belajar yang lampau sangat mempengaruhi proses belajar yang sedang dialami siswa. Jika pengalaman belajar yang lampau hanya sekedar berlatih keterampilan memanipulasi simbol-simbol tanpa pengertian, dikhawatirkan proses pemahaman terhadap konsep baru tidak tercapai.
Kriteria pemilihan pengalaman belajar:
a. Validitas
            b. Variasi
            c. Kesiapan
            3. Organisasi dan Integrasi Topik-topik dan Pengalaman Belajar
            Topik-topik dan pengalaman belajar haruslah dikombinasikan menurut urutan sehingga efektif.  Contohnya pelajaran matematika di SMA diawali dengan bilangan rasional, bentuk pangkat positif, pangkat negatif, bentuk akar dan pangkat pecahan, sifat-sifat pangakat rasional, logaritma.
            4. Penilaian
            Kurikulum tidak hanya mengenai bagaimana topik dan pengalaman belajar disusun dan diintegrasikan, melainkan seperti apa hasilnya. Misalnya guru memberikan tes sebagai suatu alat ukur dan menetapkan apakah obyektif yang dirumuskan tercapai atau tidak. Hasilnya lah yang digunakan untuk mendiagnosa kelemahan dan kekuatan komponen-komponen mana yang perlu diperbaiki.
2.4  Bentuk Kurikulum Matematika Sekolah Menengah Atas kelas X
            Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba mengkaji langkah-langkah model pengembangan isi dan struktur kurikulum matematika tersebut. Maka bentuk isi dan struktur kurikulum matematika sekolah menengah atas kelas X berupa silabus dan rpp yang sesuai dengan model pengembangan kurikulum matematika berdasarkan kajian penulis adalah sebagai berikut:
Model pengembangan silabus
Nama Sekolah          :
Mata Pelajaran          : Matematika
Kelas/Semester         : X/1      
Standar Kompetensi : 3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi linear
Kompetensi dasar     : 3.1 Menyelesaikan sistem persamaan linear dan sistem
                                    persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua variabel

Guru bidang studi     :             
Materi
Sub-materi
Pencapaian indikator
Pengalaman belajar
Pribadianbaru
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber bahan/alat
Sistem persamaan linear dan pertidaksamaan
Sistem persamaan linear dengan dua variabel
1. Menjelaskan arti penyelesaian suatu sistem persamaan linear
2. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel
3. Menentukan penyelesaian dari model matematika yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.
1.dengan Tanya jawab guru menjelaskan arti penyelesaian sistem persamaan linear
2. dengan Tanya jawab guru menjelaskan tentang sistem persamaan linear dua variabel
3. dengan Tanya jawab dibhas bagaimana merancang model matematika dari permasalahan yang berkaitan dengan sistem persamaaan linear dua variabel.
1.mandiri
2.bertanggungjawab
3.disiplin
4.kreatif
Otentik dengan unjuk kerja (performance)
18 jam
Buku matematika kelas X SMA

                

Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) :

Nama Guru Bidang Studi  :
Mata Pelajaran                    : Matematika
Kelas/Semester                    :X/1
Tanggal/Pertemuan ke-      :
SK: 3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi linear


SKBM


KD: 3.1 Menyelesaikan sistem persamaan linear dan sistem persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua variabel.




SKBM


Pencapaian indikator
Materi pokok/ Uraian Materi
waktu
Scenario / Alur pembelajaran
Penilaian
Contoh instrumen
Jenis soal
Bentuk soal
Tipe soal
1. Menjelaskan arti penyelesaian suatu sistem persamaan linear
2. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel
3. Menentukan penyelesaian dari model matematika yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.